Categories Keuangan

Cara Membuat Jurnal Penyesuaian: Panduan Lengkap agar Keuangan Bisnis Kamu Selalu Akurat dan Rapi

MGT Logistik – Pernah merasa bingung kenapa laporan keuangan kadang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya di lapangan? Padahal semua transaksi sudah dicatat, tapi tetap saja angka di akhir bulan terasa “nggak nyambung”. Nah, di sinilah pentingnya memahami cara membuat jurnal penyesuaian. Banyak pelaku bisnis—terutama di level UMKM—yang melewatkan langkah ini karena mengira itu rumit atau hanya urusan akuntan. Padahal, jurnal penyesuaian adalah kunci untuk memastikan laporan keuangan kamu benar-benar mencerminkan keadaan bisnis yang sesungguhnya.

Membuat jurnal penyesuaian sebenarnya bukan perkara yang menakutkan. Justru, kalau kamu sudah paham dasarnya, langkah-langkahnya terasa logis dan bisa dilakukan dengan mudah. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara detail apa itu jurnal penyesuaian, kenapa ia penting, dan tentu saja, bagaimana cara membuatnya dengan benar dan efisien. Jadi, sebelum kamu menutup buku besar di akhir periode akuntansi, pastikan kamu membaca panduan ini sampai tuntas.

Apa Itu Jurnal Penyesuaian dan Mengapa Harus Dibuat?

cara membuat jurnal penyesuaian

Sebelum masuk ke cara membuat jurnal penyesuaian, penting untuk memahami dulu apa sebenarnya jurnal ini. Secara sederhana, jurnal penyesuaian adalah catatan tambahan yang dibuat pada akhir periode akuntansi untuk menyesuaikan saldo akun agar mencerminkan kondisi sebenarnya. Dengan kata lain, jurnal ini membantu kamu memperbaiki catatan yang belum sesuai, baik karena adanya transaksi yang tertunda, biaya yang belum dicatat, atau pendapatan yang belum diakui.

Bayangkan kalau kamu menjalankan bisnis logistik atau distribusi barang. Ada beberapa transaksi yang tidak langsung terlihat saat itu juga, seperti biaya sewa gudang yang dibayar di muka, gaji karyawan yang belum dibayar, atau perlengkapan kantor yang sudah digunakan tapi belum dicatat sebagai beban. Nah, semua hal seperti itu perlu penyesuaian supaya laporan keuangan tidak menyesatkan.

Tanpa jurnal penyesuaian, kamu bisa keliru menilai kondisi bisnis. Misalnya, kamu merasa untung karena saldo kas tinggi, padahal masih ada utang gaji atau biaya sewa yang belum dicatat. Di sisi lain, laporan keuangan yang tidak akurat juga bisa membuat keputusan bisnis menjadi salah arah. Itulah sebabnya, setiap akhir periode akuntansi, pembuatan jurnal penyesuaian wajib dilakukan agar laporan laba rugi dan neraca tetap valid dan bisa dipercaya.

Jenis-Jenis Jurnal Penyesuaian yang Perlu Kamu Pahami

Agar kamu lebih mudah memahami cara membuat jurnal penyesuaian, kenali dulu jenis-jenis penyesuaian yang biasanya muncul dalam catatan akuntansi bisnis:

  1. Beban Dibayar di Muka (Prepaid Expenses) Ini terjadi ketika kamu membayar sesuatu terlebih dahulu sebelum masa manfaatnya berakhir. Contohnya, sewa gedung untuk satu tahun yang dibayar di awal. Pada akhir bulan, sebagian dari pembayaran itu harus diakui sebagai beban sewa, bukan aset lagi.
  2. Pendapatan Diterima di Muka (Unearned Revenue) Kondisi ini muncul saat kamu menerima uang dari pelanggan sebelum memberikan layanan atau barang. Misalnya, pelanggan membayar ongkos pengiriman untuk kontrak tiga bulan ke depan. Uang tersebut belum bisa diakui sebagai pendapatan sepenuhnya, karena jasa pengiriman belum dilakukan sepenuhnya.
  3. Beban yang Masih Harus Dibayar (Accrued Expenses) Kadang ada beban yang sudah terjadi tapi belum dibayar atau dicatat. Contohnya, gaji karyawan akhir bulan yang baru dibayar awal bulan berikutnya. Meskipun uang belum keluar, beban tersebut tetap harus diakui di bulan saat pekerjaan dilakukan.
  4. Pendapatan yang Masih Harus Diterima (Accrued Revenue) Ini kebalikan dari beban yang masih harus dibayar. Ada pendapatan yang sudah dihasilkan tapi belum diterima uangnya, seperti jasa ekspedisi yang sudah selesai namun pelanggan belum membayar.
  5. Penyusutan (Depreciation) Setiap aset tetap seperti kendaraan, komputer, atau peralatan kantor mengalami penurunan nilai seiring waktu. Nah, jurnal penyesuaian ini digunakan untuk mencatat penyusutan tersebut agar nilai aset tidak tampak terlalu tinggi di laporan keuangan.

Dengan memahami kelima jenis penyesuaian ini, kamu akan lebih siap saat membuat jurnal penyesuaian di akhir periode.

Langkah-Langkah Praktis Cara Membuat Jurnal Penyesuaian

Sekarang kita masuk ke bagian yang paling penting: bagaimana cara membuat jurnal penyesuaian dengan benar dan sistematis. Tenang saja, langkah-langkahnya bisa kamu ikuti dengan mudah.

1. Identifikasi Akun yang Perlu Disesuaikan Langkah pertama adalah memeriksa akun-akun yang kemungkinan besar mengalami perubahan nilai. Biasanya ini mencakup akun kas, piutang, perlengkapan, beban dibayar di muka, pendapatan diterima di muka, dan aset tetap. Kamu bisa menggunakan kertas kerja akuntansi untuk membantu menelusuri pergerakan akun-akun tersebut.

2. Analisis Transaksi yang Terjadi Setelah menemukan akun yang perlu disesuaikan, analisis apakah transaksi tersebut menambah atau mengurangi saldo akun. Misalnya, jika kamu menemukan perlengkapan kantor sudah digunakan sebagian, maka akun “Perlengkapan” berkurang dan “Beban Perlengkapan” bertambah.

3. Buat Jurnal Penyesuaian Tuliskan jurnal dengan format debit dan kredit seperti biasa. Misalnya:

  • Beban Sewa (Debit) Rp2.000.000
  • Sewa Dibayar di Muka (Kredit) Rp2.000.000 Dengan cara ini, saldo akun akan menyesuaikan kondisi aktual.

4. Posting ke Buku Besar Setelah semua jurnal penyesuaian selesai dibuat, pindahkan ke buku besar agar saldo akun terkini tercatat. Ini penting untuk memastikan laporan keuangan berikutnya sudah mencerminkan hasil penyesuaian.

5. Susun Neraca Saldo Setelah Penyesuaian Langkah terakhir adalah membuat trial balance atau neraca saldo setelah penyesuaian. Tujuannya untuk memeriksa keseimbangan total debit dan kredit. Kalau masih belum seimbang, berarti ada kesalahan yang perlu diperbaiki sebelum laporan keuangan disusun.

Contoh Kasus Sederhana: Biar Makin Paham

Bayangkan kamu punya bisnis jasa transportasi barang, dan kamu membayar asuransi kendaraan sebesar Rp12.000.000 untuk satu tahun penuh di bulan Januari. Di bulan Desember nanti, berarti manfaat asuransi sudah habis selama 12 bulan. Artinya, setiap bulan kamu perlu mencatat beban asuransi sebesar Rp1.000.000.

Jika kamu lupa membuat jurnal penyesuaian setiap bulan, laporan keuangan di akhir tahun akan menunjukkan “Asuransi Dibayar di Muka” masih Rp12.000.000, padahal sebenarnya manfaatnya sudah habis. Dengan jurnal penyesuaian, kamu akan mencatat:

  • Beban Asuransi (Debit) Rp12.000.000
  • Asuransi Dibayar di Muka (Kredit) Rp12.000.000

Hasilnya, laporan keuangan jadi akurat. Beban tercatat sesuai periode manfaat, dan aset tidak tampak lebih besar dari kenyataan.

Tips agar Jurnal Penyesuaian Selalu Tepat dan Rapi

Membuat jurnal penyesuaian bukan hanya soal teknik, tapi juga soal kebiasaan dan ketelitian. Berikut beberapa tips yang bisa kamu terapkan:

  • Buat catatan harian keuangan secara teratur. Jangan menunggu akhir bulan untuk mencatat transaksi, karena bisa lupa detailnya.
  • Gunakan software akuntansi atau spreadsheet yang terstruktur. Ini membantu kamu menghindari salah hitung dan mempercepat proses penyesuaian.
  • Selalu cocokkan data dengan bukti fisik atau dokumen pendukung. Misalnya, kwitansi, faktur, atau kontrak pembayaran.
  • Jadwalkan waktu khusus di akhir periode akuntansi. Jangan menunda membuat jurnal penyesuaian karena efeknya bisa panjang ke laporan keuangan.
  • Minta second opinion jika perlu. Kadang dua pasang mata lebih baik dari satu, terutama kalau kamu baru belajar akuntansi.

Kenapa Jurnal Penyesuaian Penting untuk Bisnis Logistik dan UMKM

Bagi bisnis logistik, pengelolaan aset dan biaya sangat dinamis. Ada armada kendaraan, biaya bahan bakar, perawatan, hingga beban administrasi yang terus berubah. Kalau jurnal penyesuaian tidak dibuat dengan benar, laporan keuangan bisa menunjukkan angka yang menyesatkan.

Begitu juga untuk UMKM. Meski skalanya kecil, laporan keuangan yang akurat bisa menjadi dasar pengambilan keputusan yang tepat. Misalnya, menentukan kapan waktu yang pas untuk menambah armada, membuka cabang baru, atau meninjau ulang harga layanan. Dengan membuat jurnal penyesuaian secara disiplin, kamu bisa melihat posisi keuangan secara realistis dan menghindari keputusan yang keliru.

Selain itu, jurnal penyesuaian juga membantu kamu saat menghadapi audit atau saat mengajukan pinjaman usaha. Bank dan investor sangat memperhatikan keakuratan laporan keuangan. Jadi, kebiasaan membuat jurnal penyesuaian bukan hanya soal administrasi, tapi juga bentuk tanggung jawab profesional sebagai pelaku bisnis.

Awalnya Ribet, Tapi Lama-Lama Jadi Kebiasaan Baik

Di awal mungkin terasa rumit, tapi setelah kamu paham alurnya, cara membuat jurnal penyesuaian sebenarnya sangat logis dan membantu. Langkah kecil ini akan membuat laporan keuangan kamu jauh lebih akurat, transparan, dan siap digunakan untuk analisis bisnis yang lebih tajam.

Ingat, akurasi laporan keuangan bukan hanya tanggung jawab bagian keuangan atau akuntan, tapi juga bagian penting dari strategi bisnis yang berkelanjutan. Jadi, mulai sekarang, jangan anggap remeh jurnal penyesuaian—karena dari sinilah kamu bisa melihat gambaran sesungguhnya tentang seberapa sehat bisnis kamu berjalan.

Kalau kamu punya pengalaman menarik atau tantangan saat menyusun jurnal penyesuaian, bagikan di kolom komentar. Siapa tahu, pengalamanmu bisa membantu pelaku usaha lain untuk lebih disiplin dalam pencatatan keuangan mereka.

Written By

More From Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like