MGT Logistik – Job Order Costing – Pernahkah Anda memesan furnitur dengan desain khusus, menjahit baju dengan model impian, atau bahkan merancang website sesuai kebutuhan bisnis? Di balik produk-produk custom tersebut, terdapat sistem akuntansi biaya yang berperan penting dalam memastikan kelancaran proses produksi dan penetapan harga yang tepat. Sistem ini dikenal dengan job order costing.
Memahami Job Order Costing: Definisi dan Tujuan
Berbeda dengan sistem biaya proses yang memfokuskan pada biaya secara keseluruhan untuk periode tertentu, job order costing berfokus pada penghitungan biaya per unit produk. Sistem ini ideal untuk perusahaan yang memproduksi barang atau jasa secara custom, di mana setiap pesanan memiliki spesifikasi dan kebutuhan yang berbeda.
Tujuan utama job order costing adalah:
- Menentukan HPP (Harga Pokok Produksi) setiap pesanan dengan akurat, sehingga membantu perusahaan dalam menentukan harga jual yang tepat dan mengendalikan laba.
- Memantau dan mengendalikan biaya produksi untuk setiap pesanan, membantu mengidentifikasi inefisiensi dan melakukan tindakan korektif.
- Menyediakan informasi biaya untuk pengambilan keputusan, seperti menentukan harga penawaran untuk proyek baru atau mengevaluasi profitabilitas lini produk tertentu.
Contoh Perusahaan yang Menggunakan Job Order Costing:
- Perusahaan manufaktur: Produsen furnitur custom, perusahaan pakaian jahit, bengkel las, percetakan, dan lain sebagainya.
- Perusahaan jasa: Biro arsitektur, konsultan hukum, agensi kreatif, event organizer, dan lain sebagainya.
Bagaimana Job Order Costing Bekerja:
Sistem job order costing melibatkan beberapa langkah utama:
1. Penerimaan Pesanan:
- Ketika perusahaan menerima pesanan dari pelanggan, job order diciptakan.
- Job order ini berisi informasi penting tentang pesanan, seperti:
- Deskripsi produk
- Spesifikasi
- Jumlah yang dipesan
- Jadwal penyelesaian
- Harga penawaran awal
2. Pencatatan Biaya:
- Selama proses produksi, semua biaya yang terkait dengan pesanan dicatat dan dialokasikan ke job order.
- Biaya-biaya ini dikategorikan menjadi:
- Biaya bahan baku langsung: Biaya bahan baku yang dapat diidentifikasi secara langsung dengan pesanan tertentu. Contohnya, biaya kayu untuk membuat furnitur custom, kain untuk menjahit baju, dan tinta untuk mencetak brosur.
- Biaya tenaga kerja langsung: Gaji dan tunjangan karyawan yang secara langsung terlibat dalam produksi pesanan. Contohnya, gaji pengrajin furnitur, penjahit, dan desainer grafis.
- Biaya overhead pabrik: Biaya tidak langsung yang dialokasikan ke setiap pesanan secara proporsional. Contohnya, biaya sewa pabrik, biaya listrik, gaji supervisor, dan biaya penyusutan mesin.
3. Perhitungan HPP:
- Setelah semua biaya dicatat, HPP untuk setiap job order dihitung dengan rumus berikut:
HPP = Biaya Bahan Baku Langsung + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Pabrik (Alokasi)
4. Penentuan Harga Jual:
- HPP digunakan sebagai dasar untuk menentukan harga jual produk.
- Perusahaan dapat menambahkan margin laba yang wajar untuk mendapatkan harga jual akhir.
- Penetapan harga jual yang tepat harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti:
- Biaya produksi
- Permintaan pasar
- Harga pesaing
- Keuntungan yang ingin dicapai perusahaan
5. Penyelesaian Job Order:
- Ketika pesanan selesai, job order ditutup dan semua informasi biaya dan pendapatan dirangkum.
- Hal ini membantu perusahaan untuk:
- Menganalisis profitabilitas setiap pesanan
- Mengidentifikasi area yang dapat ditingkatkan
- Menyusun laporan keuangan
- Melakukan evaluasi kinerja
Lebih dari Sekedar Perhitungan Biaya:
Job order costing bukan hanya tentang menghitung biaya produksi. Sistem ini juga menyediakan informasi penting untuk:
- Meningkatkan efisiensi: Dengan melacak biaya per unit, perusahaan dapat mengidentifikasi area yang boros dan melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan efisiensi produksi.
- Membuat keputusan yang lebih baik: Informasi biaya yang akurat membantu perusahaan dalam membuat keputusan yang lebih baik terkait penawaran proyek, penetapan harga, dan pengembangan produk.
- Meningkatkan daya saing: Dengan mengendalikan biaya produksi dan menawarkan harga yang kompetitif, perusahaan dapat meningkatkan daya saingnya di pasar.
Contoh Manfaat Job Order Costing:
- Perusahaan furnitur custom dapat melacak biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead untuk setiap proyek furnitur. Hal ini membantu mereka dalam:
- Menentukan harga jual yang tepat untuk setiap proyek
- Mengidentifikasi desain furnitur yang paling menguntungkan
- Memilih pemasok bahan baku yang paling efisien
- Perusahaan percetakan dapat melacak biaya kertas, tinta, dan tenaga kerja untuk setiap pesanan cetak. Hal ini membantu mereka dalam:
- Menawarkan diskon untuk pesanan yang besar
- Menentukan harga yang kompetitif untuk brosur dan materi pemasaran lainnya
- Meningkatkan efisiensi proses pencetakan
Keterbatasan Job Order Costing dan Pertimbangan Penggunaan
Sistem job order costing memiliki beberapa keterbatasan yang perlu dipertimbangkan:
- Akurasi Alokasi Biaya Overhead: Alokasi biaya overhead pabrik ke setiap job order terkadang tidak sepenuhnya akurat. Metode alokasi yang berbeda dapat menghasilkan hasil yang bervariasi.
- Cocok untuk Pesanan Unik: Sistem ini kurang efisien untuk produksi massal dengan spesifikasi produk yang identik. Sistem biaya proses lebih cocok untuk situasi tersebut.
- Membutuhkan Sistem Pelaporan yang Baik: Job order costing membutuhkan sistem pelacakan dan pelaporan biaya yang baik untuk memastikan semua biaya dialokasikan dengan benar.
Job order costing paling efektif untuk perusahaan yang memproduksi barang atau jasa dengan karakteristik berikut:
- Pesanan bervariasi: Setiap pesanan memiliki spesifikasi dan kebutuhan yang berbeda.
- Biaya produksi signifikan: Harga pokok produksi merupakan faktor penting dalam menentukan harga jual.
- Pelanggan menginginkan informasi biaya terperinci: Beberapa pelanggan mungkin memerlukan perincian biaya untuk memahami harga yang ditawarkan.
Kesimpulan
Job order costing adalah sistem akuntansi biaya yang efektif untuk perusahaan yang memproduksi barang atau jasa secara custom. Sistem ini membantu perusahaan menghitung biaya per unit secara akurat, mengendalikan biaya produksi, dan membuat keputusan bisnis yang lebih baik.
Namun, penting untuk memahami keterbatasan job order costing dan kesesuaiannya dengan jenis produksi yang dijalankan. Jika perusahaan memproduksi barang secara massal dengan spesifikasi yang identik, sistem biaya proses mungkin menjadi pilihan yang lebih tepat.