Tahapan dalam Pengembangan Produk Baru

Tahapan dalam Pengembangan Produk Baru
Businesswoman standing with back drawing business ideas on wall

mgt-logistik.com – Tahapan dalam Pengembangan Produk Baru – Pengembangan produk mengacu pada proses lengkap membawa suatu produk ke pasar. Hal Ini juga mencakup memperbarui produk yang sudah ada dan memperkenalkan produk lama ke pasar yang baru. Di dalamnya termasuk mengidentifikasi kebutuhan pasar, membuat konsep produk, membangun peta pengembangan produk, meluncurkan produk, dan mengumpulkan umpan balik.

Pengembangan produk baru (New Product Development) adalah bagian inti dari desain suatu produk. Proses tidak berakhir sampai siklus hidup produk berakhir. Perusahaan dapat terus mengumpulkan umpan balik pengguna dan mengulangi versi baru dengan meningkatkan atau menambahkan fitur baru.

Tidak ada satu peran yang dapat melakukan pengembangan produk. Di perusahaan mana pun, baik bisnis tahap awal atau perusahaan mapan, pengembangan produk menyatukan setiap bagian atau departemen, termasuk desain, teknik, manufaktur, pemasaran produk, UI/UX, dan banyak lagi. Setiap kelompok memainkan peranan penting dalam proses untuk mendefinisikan, merancang, membangun, menguji, dan mengirimkan produk.

Pengembangan produk baru adalah proses membawa ide produk yang original ke pasar. Meskipun berbeda menurut industri, pada dasarnya dapat dipecah menjadi tujuh langkah atau tahapan yaitu: mengumpulkan ide, penelitian, perencanaan, pembuatan prototipe, pengadaan, pembiayaan, dan komersialisasi.

1. Mengumpulkan Ide (idea generation)

Banyak calon pebisnis terjebak pada tahap pertama: pengumpulan ide dan diskusi (brainstorming). Membuat sesuatu yang pada dasarnya “baru” dapat memenuhi secara kreatif, banyak dari ide-ide terbaik adalah hasil dari iterasi pada produk yang sudah ada. Model SCAMPER adalah salah satu alat yang berguna untuk memunculkan ide produk dengan cepat dengan mengajukan pertanyaan tentang produk yang ada. SCAMPER adalah

  • Substitute (Mengganti bahan, komponen pendukung atau lainnya dalam bisnis/produk, misalnya bulu palsu untuk menggantikan bulu yang asli dalam produk fashion
  • Combine (Menggabungkan produk-produk yang dimiliki., misalnya tempat telepon selulrr dengan baterainya)
  • Adapt (Mengubah atau menyesuaikan produk, misalnya membuat varian rasa baru permen yang bisa disukai konsumen)
  • Modify (memodifikasi atribut, misalnya sikat gigi elektrik dengan desain yang lebih ramping)
  • Put to another use (Memanfaatkan untuk penggunaan lain, misalnya es krim yang dapat dicadikan sebagi makanan diet)
  • Eliminate (menghapus atau menyederhanakan sebagian dari elemen produk, misalnya menyederhanakan kemasan produk)
  • Reverse/ Rearrange (Mengatur ulang kegunaannya, misalnya ada penyesuaian pada fitur produk yang dimiliki).

2. Riset (research)

Sebelum membuat produk, perlu dilakukan validasi terlebih dahulu. Validasi produk memastikan perusahaan membuat produk yang akan dibeli dan perusahaan tidak akan membuang waktu, uang, dan tenaga untuk ide yang tidak akan laku. Ada beberapa cara untuk memvalidasi ide produk Anda, seperti mengirim survei online untuk mendapatkan umpan balik, meminta umpan balik di forum, dan meneliti permintaan pasar.

Bagaimanapun perusahaan memutuskan untuk memvalidasi idenya, penting untuk mendapatkan umpan balik dari audiens yang substansial dan tidak memihak, apakah mereka akan membeli produk yang dihasilkan. Berhati-hatilah terhadap umpan balik yang terlalu tinggi dari orang-orang yang “pasti akan membeli”. Perusahaan mungkin ingin menjalankan studi kelayakan atau penilaian apakah ide yang diusulkan layak untuk diinvestasikan—atau tidak.

3. Perencanaan (planning)

Karena pengembangan produk dapat dengan cepat menjadi rumit, penting untuk meluangkan waktu untuk merencanakan sebelum perusahaan membuat prorotipe/ contoh produk. Jika perusahaan tidak memiliki gagasan konkret tentang desain produk dan bagaimana fungsinya, maka ketika perusahaan mencari supplier atau bahan baku dapat terjadi kesalahan pada proses selanjutnya. Salah satu hal terbaik yang dilakukan untuk memulai perencanaan adalah dengan sketsa tentang seperti apa produk nantinya. Sketsa harus sedetail mungkin, dengan label yang menjelaskan berbagai fitur dan fungsi. Lengkapi juga dengan membuat daftar berbagai komponen atau bahan yang diperlukan untuk membuat produk tersebut.

4. Membuat prototipe (prototyping)

Tujuan dari fase prototipe selama pengembangan produk adalah membuat produk jadi untuk digunakan sebagai contoh untuk produksi massal. Kecil kemungkinannya akan mendapatkan produk jadi dalam sekali ujicoba. Prototipe biasanya melibatkan eksperimen dengan beberapa versi produk, perlahan-lahan menghilangkan opsi dan melakukan perbaikan sampai merasa puas dan sesuai dengan contoh yang diharapkan.

5. Pengadaan bahan (sourcing)

Setelah memiliki prototipe produk yang sesuai, saatnya untuk mulai mengumpulkan bahan dan mengamankan mitra yang dibutuhkan untuk produksi. Ini juga disebut sebagai membangun rantai pasokan: vendor, aktivitas, dan sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat produk dan membawanya sampai kepada konsumen. Pada fase ini sebagian besar akan melibatkan pencarian supplier atau pemasok, perusahaan juga dapat mempertimbangkan penyimpanan, pengiriman, dan pergudangan ke dalam pilihan yang dimiliki.

Menemukan beberapa pemasok untuk berbagai bahan yang diperlukan, serta produsen potensial yang berbeda, akan memungkinkan perusahaan untuk membandingkan biaya. Ini juga memiliki manfaat tambahan untuk membuat opsi cadangan jika salah satu pemasok atau supplier tidak berhasil. Sumber dari beberapa pilihan adalah bagian penting menjaga bisnis untuk jangka panjang.

6. Pembiayaan (costing)

Setelah penelitian, perencanaan, pembuatan prototipe, dan pengadaan selesai, perusahaan harus memiliki gambaran yang lebih jelas tentang berapa biaya untuk menghasilkan produk. Penetapan biaya adalah proses analisis bisnis di mana perusahaan mengambil semua informasi yang dikumpulkan sejauh ini dan menambahkan berapa harga pokok penjualan (COGS) sehingga perusahaan dapat menentukan harga eceran dan margin kotor.

Setelah menghitung total COGS, perusahaan dapat membuat strategi penetapan harga untuk produk dan mengurangi COGS dari harga tersebut untuk mendapatkan potensi keuntungan, pada setiap unit yang terjual.

7. Komersialisasi (commercialization)

Pada titik ini perusahan telah menyiapkan produk yang akan memberikan keuntungan. Langkah terakhir dalam metodologi ini adalah memperkenalkan produk ke pasar atau konsumen. Dalam hal ini, tim pengembangan produk akan menyerahkan kendali kepada pemasaran untuk peluncuran produk.

martin nababan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

Strategi Penetapan Harga Produk

Wed Sep 8 , 2021
mgt-logistik.com – Strategi Penetapan Harga Produk – Apakah yang dimaksud dengan strategi penetapan harga produk? Strategi penetapan harga produk (pricing strategy) adalah ketentuan perusahaan dalam menetapkan harga jual produknya. Penetapan harga merupakan salah satu faktor utama dalam mengamankan keuntungan. Harga yang tepat akan menghasilkan permintaan yang optimal. Pemilihan strategi penetapan […]

You May Like