Categories Manajemen

Metode Average (Weighted Average): Definisi dan Karakteristik Utamanya

MGT Logistik – Dalam dunia akuntansi dan manajemen persediaan, pemilihan metode pencatatan nilai persediaan sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan. Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk menilai persediaan, salah satunya adalah metode average atau lebih lengkapnya dikenal sebagai weighted average method. Metode ini kerap menjadi pilihan favorit bagi banyak perusahaan, terutama karena kemudahannya dalam penerapan serta kemampuannya dalam memberikan gambaran rata-rata biaya yang lebih stabil.

Bagi kamu yang baru belajar akuntansi atau sedang mencari metode yang tepat untuk pencatatan persediaan, memahami metode average sangat penting. Metode ini tidak hanya digunakan dalam perusahaan dagang, tetapi juga dalam perusahaan manufaktur bahkan dalam dunia investasi. Penerapannya yang cukup sederhana membuat metode average cocok untuk bisnis skala kecil hingga besar. Namun, tetap ada karakteristik dan kelebihan khusus yang membuat metode weighted average berbeda dari metode lain seperti FIFO (First In First Out) atau LIFO (Last In First Out).

metode average adalah

Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai definisi metode average (weighted average) serta karakteristik utamanya. Dengan penjelasan yang bersahabat dan mudah dipahami, diharapkan kamu dapat memahami bagaimana metode ini bekerja dan dapat mengaplikasikannya dalam bisnis atau studi akuntansi kamu.

Definisi Metode Average (Weighted Average)

Metode average (weighted average) adalah salah satu metode penilaian persediaan yang digunakan untuk menentukan biaya per unit persediaan dengan cara menghitung rata-rata tertimbang dari biaya seluruh persediaan yang tersedia untuk dijual selama periode tertentu. Dalam metode ini, setiap kali ada pembelian atau penambahan persediaan, biaya per unit akan dihitung ulang berdasarkan total biaya dan jumlah unit yang tersedia.

Pada dasarnya, metode weighted average menggabungkan seluruh biaya persediaan yang masuk, lalu membaginya dengan total unit persediaan. Hasil dari perhitungan ini disebut sebagai rata-rata tertimbang, yang kemudian digunakan untuk menilai persediaan akhir dan menghitung harga pokok penjualan (HPP). Dengan metode ini, setiap unit persediaan dianggap memiliki biaya rata-rata yang sama, tanpa memperhatikan urutan masuknya barang.

Karakteristik Utama Metode Weighted Average

Metode weighted average memiliki beberapa karakteristik utama yang membedakannya dari metode penilaian persediaan lainnya. Berikut adalah beberapa karakteristik penting yang perlu kamu ketahui:

  1. Menghasilkan Biaya Rata-Rata yang Stabil 

Salah satu keunggulan utama metode weighted average adalah kemampuannya menghasilkan biaya rata-rata yang cenderung stabil. Hal ini sangat membantu ketika harga pembelian barang mengalami fluktuasi, sehingga laporan keuangan tidak terlalu terpengaruh oleh perubahan harga yang tajam pada periode tertentu.

  1. Setiap Unit Diperlakukan Sama 

Dalam metode ini, setiap unit persediaan dianggap memiliki nilai yang sama, yaitu nilai rata-rata tertimbang. Tidak ada perbedaan nilai antara unit yang masuk lebih awal atau yang masuk belakangan. Hal ini membuat pencatatan menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami.

  1. Perhitungan Ulang Setelah Tiap Pembelian 

Karakteristik lain dari metode weighted average adalah perlunya menghitung ulang rata-rata tertimbang setiap kali terjadi pembelian atau penambahan persediaan. Proses ini disebut juga sebagai moving average, di mana setiap saat harga rata-rata bisa berubah sesuai dengan harga pembelian terbaru dan jumlah unit yang tersedia.

  1. Cocok untuk Barang Homogen 

Metode weighted average sangat cocok digunakan untuk barang-barang yang sifatnya homogen atau seragam, misalnya bahan baku, minyak, biji-bijian, dan sebagainya. Karena setiap unit dianggap sama, metode ini kurang cocok untuk barang yang unik atau memiliki perbedaan nilai signifikan antar unit.

  1. Pengaruh Terhadap Laba dan Persediaan 

Penggunaan metode weighted average dapat memberikan hasil nilai HPP dan nilai persediaan akhir yang berada di antara metode FIFO dan LIFO, terutama ketika harga barang mengalami kenaikan atau penurunan yang tajam. Metode ini cenderung memberikan hasil yang moderat, tidak terlalu tinggi maupun rendah.

Cara Kerja Metode Average

Untuk memahami cara kerja metode average, berikut adalah contoh sederhana:

  1. Transaksi Persediaan 

Sebuah perusahaan memiliki transaksi persediaan sebagai berikut:

  • 1 Juli: Membeli 10 unit barang dengan harga Rp100.000 per unit (total Rp1.000.000).
  • 5 Juli: Membeli 20 unit barang dengan harga Rp120.000 per unit (total Rp2.400.000).
  • 10 Juli: Menjual 15 unit barang.
  1. Perhitungan Rata-rata 

Setelah pembelian tanggal 5 Juli, total persediaan adalah:

  • Jumlah unit: 10 + 20 = 30 unit
  • Total biaya: Rp1.000.000 + Rp2.400.000 = Rp3.400.000
  • Rata-rata biaya per unit: Rp3.400.000 / 30 unit = Rp113.333
  1. Penghitungan Harga Pokok Penjualan (HPP) 

Saat 15 unit barang dijual pada tanggal 10 Juli, maka HPP dihitung berdasarkan nilai rata-rata:

  • HPP = 15 unit × Rp113.333 = Rp1.700.000
  1. Nilai Persediaan Akhir 

Setelah penjualan, sisa persediaan adalah 15 unit, dengan nilai:

  • Persediaan akhir = 15 unit × Rp113.333 = Rp1.700.000

Kelebihan dan Kekurangan Metode Weighted Average

Setiap metode tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Berikut beberapa poin penting yang perlu kamu pertimbangkan:

Kelebihan:

  • Penerapan yang Mudah: Proses perhitungan rata-rata tertimbang relatif mudah, terutama jika menggunakan software akuntansi.
  • Nilai Persediaan yang Stabil: Memberikan nilai persediaan dan HPP yang tidak terlalu terpengaruh fluktuasi harga ekstrem.
  • Cocok untuk Barang Homogen: Sangat ideal untuk barang yang seragam dan sulit dibedakan antara unitnya.

Kekurangan:

  • Kurang Akurat untuk Barang Non-Homogen: Tidak cocok untuk barang yang memiliki perbedaan nilai signifikan antar unit.
  • Kurang Mencerminkan Aliran Fisik Barang: Karena setiap unit dianggap sama, metode ini kurang representatif jika persediaan memiliki umur simpan berbeda-beda.
  • Perlu Perhitungan Ulang Setelah Tiap Pembelian: Pada sistem manual, proses perhitungan rata-rata setelah setiap pembelian bisa merepotkan.

Perbandingan dengan Metode FIFO dan LIFO

Agar kamu semakin paham, berikut adalah perbandingan singkat antara metode weighted average, FIFO, dan LIFO:

  • FIFO (First In First Out): Barang yang pertama kali masuk akan dikeluarkan lebih dulu. Cocok jika harga cenderung naik, nilai persediaan akhir jadi lebih tinggi, HPP lebih rendah.
  • LIFO (Last In First Out): Barang yang terakhir masuk akan dikeluarkan lebih dulu. Jika harga naik, HPP lebih tinggi, nilai persediaan akhir lebih rendah.
  • Weighted Average: Semua unit dianggap sama, hasil nilai cenderung di tengah-tengah antara FIFO dan LIFO.

Kesimpulan

Metode average atau weighted average adalah salah satu metode pencatatan persediaan yang populer dalam akuntansi. Dengan menggunakan rata-rata biaya per unit, metode ini menawarkan solusi sederhana dan stabil untuk menentukan nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan (HPP). Karakteristik utamanya yang tidak memperhitungkan urutan waktu pembelian membuat metode ini cocok untuk barang yang homogen dan bisnis dengan kebutuhan pencatatan yang sederhana.

Namun, metode ini juga memiliki keterbatasan, seperti kurang akurat untuk barang dengan nilai yang sangat bervariasi. Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk menggunakan metode average, penting untuk mempertimbangkan jenis barang dan kebutuhan pencatatan bisnis kamu.

More From Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like